BERITAU.ID, Pemalang – Anggota DPR RI, Rizal Bawazier, meresmikan Rumah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (RPHBS) di Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, sebagai langkah nyata dalam mendukung pengolahan sampah berbasis zero waste.
Inovasi ini memanfaatkan teknologi canggih yang memungkinkan pengolahan sampah tanpa asap dan bau, serta hanya membutuhkan lahan sekitar 200-300 meter persegi.
Rizal menegaskan bahwa solusi pengolahan sampah harus dimulai dari tingkat desa agar lebih efektif.
“Jadi begini, kita harus menyelesaikan pengolahan sampah di desa. Kalau sampah bisa diproses langsung di desa, dampaknya lebih besar. Nantinya, anak-anak muda desa bisa menjadi operator atau bahkan mengembangkan produk dari hasil pengolahan ini,” ujarnya pada Jumat (31/1/2025).
Rumah Pengolahan Sampah ini berbasis sistem Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) dan dikelola oleh KSM Solusi Maju Bersama. Rizal juga menawarkan subsidi 25 persen untuk desa-desa yang berminat mengadopsi teknologi ini.
“Teknologi ini tidak hanya sekadar mesin, tapi juga pendampingan. Jangan sampai dua bulan rusak karena operasionalnya kurang baik. Kita juga didik masyarakat agar bisa mengoperasikan dengan benar,” jelasnya.
Setiawan, pencipta alat pembakaran sampah yang digunakan di RPHBS, menjelaskan bahwa pengembangan alat ini dilakukan dengan konsultasi bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Alat ini dirancang agar ramah lingkungan dan efisien.
“Cara kerjanya sederhana. Awalnya, api dinyalakan dengan oli bekas, kemudian pembakaran dilanjutkan menggunakan blower. Dalam satu kali proses, alat ini bisa membakar 30-50 kg sampah dalam waktu 15 menit. Kapasitasnya mencapai 2,5 ton per shift atau setiap 10 jam,” jelas Setiawan.
Hasil pembakaran berupa abu dapat digunakan sebagai pupuk atau pengusir hama, sementara asap yang dihasilkan akan diolah menjadi bio pestisida yang bermanfaat untuk tanaman dan peternakan ikan.
“Kita hanya membakar sampah residu, seperti popok dan pembalut yang tidak memiliki nilai ekonomi,” tambahnya.
Menurutnya, pemilahan sampah harus selesai di tingkat desa agar lebih optimal. “Kalau organik bisa untuk maggot, sementara plastik bisa dijual kembali. Dari pemilahan ini, desa bisa memperoleh pemasukan hingga Rp18-20 juta,” ungkapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pemalang, Wiji Mulyati, menyambut baik inisiatif ini dan menganggapnya sebagai solusi inovatif dalam pengelolaan sampah.
“Ini salah satu alternatif dari sekian banyak model pengolahan sampah yang bisa menyelesaikan masalah di tempat,” katanya.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk mulai memilah sampah dari rumah tangga. “Kalau sampah dipilah sejak awal, prosesnya jadi lebih mudah. Plastik misalnya, satu ton bisa dijual Rp400 ribu,” jelas Wiji.
Dengan adanya program ini, diharapkan setiap desa di Pemalang dapat menerapkan sistem pengolahan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. (lim)