Menguak Sejarah Ki Ageng Gringsing: Dari Penemuan Makam Hingga Haul yang Memukau

BERITAU.ID, BATANG – Dalam rangka memperingati Haul ke-34 Ki Ageng Gringsing dan Haul Kiai Mabrur ke-28, ribuan warga nahdliyin dari berbagai daerah memadati pemakaman umum Desa Gringsing sejak pagi. Acara ini menghadirkan Habib Muhammad Firdaus Al Munawar dari Kendal sebagai pembicara utama yang memberikan tausiyah penuh makna.

Sejak pagi, warga nahdliyin sudah berdatangan, mencari tempat strategis untuk mendengarkan tausiyah dan melantunkan shalawat. Tak hanya masyarakat umum, beberapa tokoh penting juga terlihat hadir. Di antaranya Wakapolres Batang Kompol Hartono serta beberapa tokoh masyarakat lainnya.

Habib Firdaus dalam tausiyahnya mengingatkan umat Muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah Muhammad SAW.

“Fitnah akhir zaman sudah kita rasakan. Jika iman kita tidak kuat, akan mudah sekali terjerumus dalam kemaksiatan,”ujarnya, Minggu (28/7).

Pesan ini menjadi pengingat bagi semua yang hadir tentang pentingnya menjaga keimanan di tengah berbagai cobaan zaman modern ini.

Tradisi yang Terus Dilestarikan

Ketua penyelenggara, Aghus Jamaludin Kharis, menambahkan bahwa haul ini juga diadakan untuk memperingati bulan Muharam.

“Alhamdulillah, setiap tahun kami memperingati Haul Ki Ageng Gringsing dengan khusyuk dan meriah. Insyaallah ini menjadi acara rutin,” tegasnya.

Tradisi ini menjadi salah satu cara untuk terus mengingat jasa-jasa para ulama besar yang telah memberikan banyak kontribusi dalam penyebaran ajaran Islam.

 

Sejarah Ki Ageng Gringsing

Sahibul Haul, Muchamad Aghus ZN, menceritakan tentang Ki Ageng Gringsing, seorang ulama besar dari Cirebon yang hidup sekitar tahun 1600 M. Makamnya ditemukan pada tahun 1991 setelah sempat terlupakan selama beberapa ratus tahun. Nama asli Ki Ageng Gringsing adalah Syah Maulana Raden Abdullah Saleh Sungging. Beliau mengembara dari Cirebon ke arah timur untuk menyebarkan ajaran tauhid.

Dalam pengembaraannya, Syah Maulana bertemu dengan Nyi Rantansari, putri dari Syech Agung Tholib. Setelah menikah, mereka mengadopsi nama Ki Ageng Gringsing dan Nyi Ageng Gringsing sesuai nama daerah tempat mereka tinggal dan menyebarkan agama Islam bersama-sama.

Penemuan Makam Ki Ageng Gringsing

Upaya pencarian makam Ki Ageng Gringsing dimulai pada pertengahan 1980-an oleh lima orang ulama besar ahli muhotob, yang mampu berkomunikasi dengan alam gaib.

Setelah beberapa tahun pencarian dan berkonsultasi dengan Kiai Muhaimin dari Temanggung, akhirnya lokasi makam dapat dipastikan pada tanggal 31 Juli 1991, bertepatan dengan bulan Muharam. Penemuan ini juga membantu melacak silsilah keturunan Ki Ageng Gringsing.

Makam Ki Ageng Gringsing yang terletak di kompleks pemakaman umum selatan Desa Gringsing kini terawat dengan baik. Banyak peziarah dari berbagai daerah datang berkunjung, mengingat pengaruh besar dan nama harum yang dimiliki oleh Ki Ageng Gringsing. Kehadiran peziarah ini menunjukkan betapa dihargainya kontribusi beliau dalam menyebarkan ajaran Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *